Kamis, 09 April 2015

9 Langkah Membuat Film Dokumenter Bagi Pemula

9 Langkah Membuat Film Dokumenter Bagi Pemula
Semakin mudahnya mendapatkan alat rekam digital saat ini, membuat film dokumenter sudah bukan hal yang sulit lagi untuk dilakukan. Siapapun dapat terlibat dalam proses “mencatat sejarah” lingkungannya dengan menggunakan kamera, baik kamera handycam, kamera smartphone, kamera DSLR maupun kamera lainnya.
Sampai saat ini banyak ahli yang telah mendefinisikan film dokumenter, ada banyak pendapat hingga memunculkan banyak perdebatan tentang definisi film dokumenter. Meski demikian, tetap ada satu benang merah bahwasanya film dokumenter adalah bukan film naratif.
Mengutip dari wikipedia.org, Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah “dokumenter” pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.
Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. Pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.
“Buatlah apa yang kau lihat, tanpa kamu merekam, orang lain tak pernah tau apa yang terjadi”. Siapapun dapat membuat film dokumenter, bagi para pemula berikut ada beberapa langkah yang bisa dilakukan :

1. Temukan ide paling menarik.
Ide tak perlu mencari kesana-kemari, karena pada dasarnya ide sudah ada disekitar kita. Setiap orang adalah unik, memiliki pemikiran yang unik, memiliki sudut pandang yang unik terhadap setiap permasalahan. Untuk itulah pemikiran-pemikiran unik yang terkadang membuat tergelitik, frustrasi, marah, maupun tidak adil dalam sebuah persoalan dapat dijadikan sebagai landasan untuk menemukan ide membuat film dokumenter.
Ada sebuah pendapat menyatakan bahwa “tak ada persoalan maka tak akan ada cerita”, untuk mendapatkan cerita yang menarik dalam membuat film dokumenter ada baiknya lihatlah persoalan-persoalan yang menggairahkan, yang dekat dengan denganmu.
Menemukan persoalan dan permasalahan sebenarnya cukup mudah, sederhananya bisa dimulai dari baca timeline twitter dan facebook orang, berita televisi, baca koran, maupun hanya dengan menjadi pendengar yang baik atas keluh-kesah orang lain.
Ide cerita dokumenter bisa saja ditemukan dari masalah pribadi, masalah keluarga, masalah lingkup RT, masalah kelurahan, masalah satu kecamatan, masalah se-kabupaten, provinsi, negara bahkan isu apapun di dunia ini. Buatlah daftar permasalahan yang memungkinkan dan masuk akal untuk diangkat dalam film dokumenter.
Setelah list permasalahan didapatkan, muailah memilih subyek yang paling menarik untuk dibuat. Untuk menjadi unik, pastikan bahwa ide yang akan diangkat adalah permasalahan yang  jarang disadari/diketahui orang lain, sehingga film yang dibuat akan benar-benar menjadi sebuah informasi yang baru,  itulah yang terpenting.
2. Gali dan cari informasi
Membuat film dokumenter pada dasarnya adalah proses untuk memberi informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang apa yang kita lihat dan alami. Untuk itulah pelajari semua tentang subjek dokumenter, kumpulkan fakta dan cari petunjuk tentang karakter paling menarik sehingga dapat dibangun menjadi sebuah alur cerita. Cerita-cerita yang paling menarik justru terkadang terkubur dari pandangan.
Dasar dalam menghimpun informasi film dokumenter setidaknya dapat dilakukan dengan memakai acuan 5W+1H (what, who, when, where, why, how). Dari acuan itulah akan memunculkan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang harus dipenuhi dalam proses penggalian informasi.
5W+1H dapat diterjemahkan : Apa masalahnya, siapa saja orangnya, di mana masalah ini terjadi, kapan masalah ini terjadi, mengapa masalah ini terjadi, serta bagaimana usaha yang sudah dilakukan dalam mengatasi masalah. Semakin lengkap data-data yang diperoleh, maka akan semakin kuat dan leluasa untuk menentukan “sisi mana” yang harus ditonjolkan dalam film dokumenter.
Menggali dan mencari informasi secara lengkap menjadi sebuah kebutuhan sangat penting dalam membuat film dokumenter, proses ini juga bisa menjadi salah satu cara untuk lebih dekat dengan subyek, memperbanyak perberbincangan dengan menggunakan kamera lama-kelamaan subyek akan abai dengan keberadaan kamera yang merekam.
3. Buatlah Rencana
Ada banyak hal yang harus direncanakan dalam membuat film dokumenter, untuk itu membuat garis besar tentang “bagaimana” akan menceritakan kisah dalam film perlu dipikirkan secara matang.
Dalam proses ini, pembuat film dokumenter dapat menentukan siapa saja karakter utama, inti cerita apa yang akan diangkat, kapan akan dilakukan pengambilan gambar, peralatan apa saja yang akan digunakan, siapa saja tim produksi yang akan dilibatkan, jumlah anggaran dan sumber dananya, target penonton, sistem distribusi film dan kebutuhan-kebutuhan lain dalam membuat film dokumenter.
Untuk mempermudah dalam mengorganisir setiap rencana, pembuat film dapat mencatat segala rencana dan kebutuhan dalam sebuah proposal produksi film dokumenter. Proposal yang dibuat selain dapat berfungsi sebagai guideline, juga dapat digunakan untuk penggalangan dana produksi.
4. Lihat Hukum dan Hak Cipta
Membuat film dokumenter membutuhkan banyak elemen yang sering kali akan berkaitan dengan hukum dan hak cipta. Pastikan semua elemen seperti penggunaan musik, foto-foto maupun  footage video sudah mendapatkan izin dari pemiliknya.
Hal-hal terkait dengan narasumber juga perlu dipertimbangkan, jangan sampai dalam membuat film dokumenter dapat membahayakan subyek-subyek yang diangkat. Untuk mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkan, lakukan perjanjian dengan berbagai pihak yang terkait dengan film.
5. Buatlah daftar pengambilan gambar
Membuat daftar pengambilan gambar (Shot List) berfungsi untuk memetakan kebutuhan gambar apa saja yang akan dibutuhkan dalam film, daftar ini bisa berupa daftar stok rekaman dan daftar siapa saja yang akan diwawancarai, termasuk daftar pertanyaanya (jika membutuhkan stok wawancara),  Jumlah shot list tidak ada ukuran pasti, hal ini sangat tergantung pada kompleksitas film yang akan dibuat. (Baca juga : 17 Tips Mengoperasikan Kamera Saat Wawancara)
6. Mulailah Shooting
Memulai shooting merupakan proses mencatat menggunaan media kamera dengan mengacu pada shot list yang telah dibuat. Meski mengacu pada shotlist, dalam membuat film dokumenter masih besar kemungkinannya untuk merekam banyak hal yang sebelumnya tidak terencana, hal ini terkait dengan moment-moment penting yang tak terduga sebelumnya.
Saat memulai shooting, pilihllah tipe shot yang sesuai dengan media penayangannya. Penayangan film untuk web, perangkat mobile dan televisi tentu akan berbeda dengan penayangan untuk bioskop. Film dokumenter yang didominasi tipe wideshot, extreme wide shot akan sulit terlihat detilnya pada media iPhone, jenis shot ini akan lebih nyaman untuk media putar layar lebar, misalanya bioskop maupun layar tancap yang menggunakan LCD Proyektor.
Untuk lebih aman sekaligus memperkaya stokshot, buatlah beberapa tipe shot untuk setiap satu adegan.  (Baca juga : 14 Tipe Shot Dalam Pengambilan Gambar Film)
7. Memilih stok gambar
Setelah melakukan shooting, ada banyak gambar yang diperoleh. Catat semua elemen yang paling menarik untuk dimasukkan dalam film dokumenter, termasuk hasil stokshot moment-moment tak terduga di lapangan.
Berbeda dengan film fiksi, dalam dokumenter shotlist awal belum tentu sesuatu yang final dan terbaik dalam film, untuk itu lakukan review dan susun kembali alur cerita film dengan tanpa keluar dari cerita utama yang telah direncanakan.
8. Editing
Editing adalah proses menyusun hasil rekaman audio dan visual sehingga mampu bercerita. proses ini seperti menyusun puzzle, membolak-balikkan klip gambar, memotong, menyambung, dan menyusunnya secara berurutan.
Proses editing bukan hanya masalah teknis memberi efek visual, tetapi didalamnya terdapat proses merangkai cerita sehingga film dapat menciptakan sebuah suasana yang mampu mempengaruhi emosi penonton, penonton dapat ikut tenggelam dan merasakan apa yang subyek rasakan, bahkan dalam proses editing  juga dapat untuk menciptakan pengalaman baru dalam menonton.
9. Distribusikan!
Film dokumenter dibuat tentu butuh diapresiasi oleh banyak orang agar apa yang akan disampaikan lewat film dapat memberikan dampak pada publik yang lebih luas. Ada banyak pilihan bagi para pembuat film untuk memamerkan karya mereka, dari bioskop, televisi, ke web, atau yang lainnya. Untuk mengetahui kemana saja film dapat di distribusikan, silahkan baca juga : Beragam Tempat Untuk Memutar Film dan Tips Menyelenggarakan Acara Pemutaran film
Selamat Membuat film dokumenter, Terus Berkarya.. 

Jumat, 30 Januari 2015

naskah monolog - Gedebug







Naskah monolog
gedebug
sebuah karya dari
Bina Margantara
bina_margantara@yahoo.com





DI PANGGUNG NAMPAK SEORANG YANG SEDANG DIPASUNG MENYERUPAI SALIB (SALIB TERSEBUT BERADA DI DALAM SEBUAH LINGKARAN) DENGAN HANYA KEPALA YANG DISOROTI LAMPU. TATAPAN TAJAM, MENGAMATI SEKELILING.

BACKROUND SEBUAH JAM DINDING BESAR MENUNJUKKAN JAM 12 TEPAT

TIBA-TIBA MENGERANG…

SAMBIL BERUSAHA MELEPASKAN PASUNGAN TERSEBUT, MAKA LEPASLAH IA.
KEMUDIAN  MEREGANGKAN OTOT-OTOTNYA, DAN MENCARI-CARI SESUATU, TERNYATA YANG DICARI ADALAH AIR

Eeeuuk..eeuuk.. (DIA PUN BERSENDAWA)
Air yang sejuk bagi jiwa-jiwa yang bebas, hahaha..taiklah..apa dengan mengikatku bisa memasungkan pikiran juga hah? Bodoh!! Di sini tempat yang sungguh tidak terlalu asyik, asing, banyak orang-orang aneh, omongannya juga ngawur, ngelantur. Sudah berlumut juga dinding di sini oleh obrolan mereka.

Oh ya, di sini juga serba putih-putih. Baju putih, celana putih, dinding putih (SAMBIL MENUNJUK), sampai bapak kepala sini rambutnya juga sudah putih, seperti kucing yang sering  ia bawa. Kadang aku pun bingung, mana yang kepala mana yang kucing. Hahahaha…

Baiklah, sekarang sudah jam 12 tepat. Waktunya istirahat alias jam makan kata orang kantoran. Setuju? Tapi istilah itu mencokol terus dalam benakku, waktu istirahat atau istirahat waktu? Waktu makan atawa makan waktu? Yang terakhir ini memang aneh, kalau makan waktu, terus menuangkan waktunya kapan? Ahh, sungguh edan!! Kantoran edan.

Aku sesungguhnya betah di sini, itu..itu..

(MENUNJUK KE MENAKIN YANG DIDANDAN, SAMBIL MEYAKINKAN PADA PENONTON)

Itulah alasan mengapa aku betah disini. Wanita-wanita cantik dengan kopiah putih. Alamak, sedap nian. Terus melirik dan main mata dengaku, walau dari jauh. Tapi, dia selalu kosong, mengiba-iba ingin dibebaskan. Dan juga sudah aku bilang, lebih baik seperti aku saja. Bebas, mau jingkrak-jingkarak, guling-guling, merangkak, telungkup, ngangkang,enakmu dewe! Tak ada yang larang, tapi dia tak mau. Ya sudahlah.

Jam 12, berarti..
(MELIHAT JAM LALU BERPIKIR)

Menemukan jawaban dari ribuan pertanyaan yang cuma kuambil satu saja, cukuplah. Pertanyaannya seperti ini? Bagaimana tiba-tiba, para ibu melahirkan bayi-bayi yang sudah gila? Dalam arti kata, bayi yang gila sejak lahir. Aku percaya sih, mereka akan membawa perubahan. Aku yakin. Atau…bayi-bayi normal, tapi yang melahirkan adalah para ibu gila, ataunya lagi, bayi normal, ibu-ibu normal, yang punya sperma orang-orang gila…hahahaha!
Pasti ini adalah temuan yang mutakhir, yang hanya aku saja yang punya ide.

Pertanyaan ini dulu muncul dari observasi tak tersengaja. Ceritanya seperti ini : entah kenapa pada suatu malam yang cerah, aku tak bisa tidur. Aku coba duduk, berbaring, dan melakukan itu berkali-kali. Tapi tetap saja segar, tak mau pejam barang sejenak. Lalu, kuputuskan saja untuk mencari angin di luar, walau ada pemberontak-pemberontak kecil dalam diriku untuk mencegah perjalanan malam. (SAMBIL LIHAT KIRI-KANAN) ini rahasia ya? Akan aku kasih tahu rahasia diriku, aku takut gelap (MENGATAKANNYA DENGAN BERBISIK) awas!!! Jangan kasih tahu teman-teman kamar sebelah. Malu aku kalau mereka sampai tahu. Jadi, malam itu aku berjalan-jalan sepanjang koridor, niatnya mau menemui si Mimin, seorang perempuan yang nyasar ke sini, karena stres, seketika bapaknya naik pamor dan terberita di mana-mana, di koran-koran bungkus teri, koran gorengan, Koran yang mau didaur ulang, pokoknya segala macam koran lah, di radio juga ada, sampai gossip pagi pun ada. Ya, maklumlah…koruptor kelas ikan padang, jadi makmum pada ritual korupsi jama’ah.

Kulihat jam dinding, ah, masih jam 12 tepat

Tapi tak seperti biasanya, kamar Mimin kok cahayanya remang-remang, biasanya terang. Lalu aku mengendap-ngendap, mengintip dari kaca jendela. Melihat pemandangan di dalam, dadaku sesak, mataku melotot. Ternyata ada 5 orang berbaju putih-putih tanpa celana, sedang..sedang..sedang, aaahh, maksudku sedang menindih dan main kuda-kudaan secara bergantian dengan si Mimin. Kulihat Mimin tak berdaya,ternyata salah satu dari mereka adalah bapak yang kepalanya putih mirip kucing seperti yang kuceritakan tadi.

Aku ketakutan dan lari ke kamar, kukunci pintu, takut kejadian tindih-menindih jatuh giliran padaku. Kejadian tadi tepat jam 12, aku paksakan untuk mengingat, agar tidak lupa bahwa kejadianya tepat jam 12.
Aku bingung, maka kutuliskan saja : si Mimin ditindih oleh 5 orang, salah satunya bapak berambut putih, baju mereka putih, tanpa celana putih, tepat jam 12 saat itu.

Paginya, aku berpikir keras, seperti apa rupa bayi si Mimin, apakah kepalanya berbulu kucing, atau dia juga lahir gila seperti Mimin, atau berbaju putih tanpa celana putih, atau semacam apa?

Hari-hari berikutnya aku hanya diam saja tentang kejadian itu.

(SAMBIL BERCERMIN)

Seperti yang terlihat, aku sebenarnya tidak gila. Aku bergelar sarjana dari insitut terkemuka di negeri ini. Aku masih muda, masih percaya Tuhan, dan dulunya aku mapan lho. Yah, ternyata gelar akademik juga tidak menjamin. Percayalah! Aku pun tahu ini rumah sakit jiwa. Hah, biarlah.

Aku cuma disangka gila oleh orang-orang di sini dan di luar sana juga. Tapi, apakah salah jika aku membebaskan jiwa yang terkekang oleh jasad. Aku seorang pembebas, telah kubebaskan juga otaknya yang kotor. Kadang lidah mereka terlalu panjang, sehingga untuk menjilat es krim dan lollipop saja susah. Aku disuruh gini, mesti gitu,…gini-gitu,gini-gitu,gini-gitu…gundul mbahmu. Memangnya aku ga punya setir apa? Bapakku memang gundul, maka kuletakkan saja pisau yang telah kuasah berkali hingga kilat di jantungnya, habis perkara.

Aku bukan pembunuh, akulah si pembebas itu sendiri. Telah kupersiapkan waktunya untuk mati, itu merupakan jasa terbesar yang kuperbuat Bapak! Untuk ibu juga, yang telah kau biarkan ia duduk di tepi pantai menatap matahari terbenam berharap bebas. Kebebasan itu sendiri, kosong melompong di dalam mata ibu, yang memantul ke langit, mengembara ke laut lepas. Padahal laut itu sungguh  bukan laut sama sekali. Ia telah menjadi lukisan, semacam lukisan kabut dan cakrawala itu menjadi kabut yang jauh, yang kelabu, yang melenyapkan bayang-bayang…

Betapa indah kematian dengan persiapannya dan kegagahannya juga

(MENATAP KE JAM DINDING, BERPIKIR SEJENAK DAN MENGHELA NAFAS PANJANG)

Ah, masih jam 12 tepat, tak lewat sedetik pun
Kenapa aku mesti mikir, bukankah pikiran telah lama pamit dari kepalaku ini, pikiran yang memusingkan. Sering aku lelah dengan diriku sendiri. Baiknya aku gila beneran, dan setiap hari aku berdoa kepada Tuhan agar betul-betul gila.

Doaku : Tuhan, jadikanlah aku gila, agar bebas dari pikiran sehat yang menjerumuskan aku ke dalam kejahatan. Jadikanlah aku gila agar hidupku menjadi suci murni dan jauh dari kebusukan. Kabulkanlah permintaanku ya Tuhan, agar kiranya kau kuburkan aku dalam kegilaan abadi. Jadikanlah aku manusia gila segila-gilanya manusia yang pernah ada. Hancurkanlah penalaranku, kacaukanlah jiwaku, berkatilah aku dengan kegilaan yang membebaskan aku dari keserbawajaran dunia yang muak.

Benarkah aku membunuh bapakku? Kalau ditelisik dengan teliti, barangkali akan terbukti juga aku tidak pernah membunuh bapakku. Lebih tepat dikatakan, bapakku telah  membuat aku membunuhnya. Bapakku sengaja membuat aku membunuhnya, supaya ia tidak susah bunuh diri. Berarti ia yang menuntun tanganku ini agar ia cepat sampai ke alam baka. Aku hanya memenuhi permintaanya.

Sebenarnya juga, aku masih sadar dan tahu betul kalau aku belum terlalu gila sebenarnya. Apa bedanya pura-pura gila dengan sebenar-benar gila? Atau yang gila dengan yang waras? Apakah perbedaan itu penting.

Penting bila dianggap penting, penting atas kepentingan siapa, seberapa penting bila penting, penting dipentingkan, perpentingan, dipentingi, penting tidak penting, penting harus penting, penting…tak penting…penting…tak penting…penting…tak penting! Pilih sendirilah.

Tidak begitu penting apakah ada itu ada atau tidak ada.


Ada
Ketiadaan
Menjadi…

Jam 12 tepat.

Aku masih ingat, ketika aku duduk-duduk di belakang kamar pengap ini, mengahadap ke laut. Dari jam 12 sampai jam 12. Entah siapa, ada dua orang duduk berduaan di bangku sebelah. Karena aku sendiri, maka kumencuri dengar percakapan mereka. Mungkin mereka adalah pasangan tua. Bukan, mereka bukan suami-istri tua, mereka adalah duda dan janda, duda kira-kira berumur 90, janda berumur 80 tahun. Aku juga menyangka mereka sama seperti aku, toh buktinya mereka ada di sini.

Pembicaraan mereka seperti ini
“Aku heran, kenapa kau belum mati juga” Tanya si duda
“Memangnya kenapa?” Balas si janda “Tapi sebentar lagi aku akan mati”
“Ah, mana bisa. Aku kan lebih tua dari kau!”
“Tidak, aku harusnya duluan. Lelaki bisa lebih bertahan daripada wanita”
“Teori macam apa itu, pokoknya aku duluan!”
“Tapi aku suka kematian” Jawab si janda
“Aku juga”

Mereka diam sejenak
“Tapi aku tidak bisa hidup tanpamu” si janda memulai percakapan lagi
“Harus bisa.”
“Kenapa?”
“Harus ya harus”
“Pasti aku selalu merindukanmu!”
“Terserah”
“Kau kok gitu sih?”
“Kau jutek”
“Kau juga”

“Biru” kata si duda
“Biru” balas si janda
“Membayang, mengawasi”
“Siapa?” si janda merangkul lengan duda dengan sangat ketakutan
“Hahahahahah… Kau lucu!”
“Ya, kau kira kematian itu lucu, hah?”
“Mati dalam kegembiraan apa salahnya, yang penting aku mencintai kau hingga saat nanti”
“Ah, gombal. Biarlah, aku juga mencintai kau”
“Kau wanita tua”
“Kau lelaki lapuk”
“Kau keriput”
“Kau mengkerut”

Keduanya tertawa menikmati matahari jam 12 saat itu,

Semuanya membuatku bingung .

(SAMBIL GELENG KEPALA, LALU MOVING MENDEKATI MENAKIN SUSTER)

Pokoknya aku tak mau lagi dipasung, sinting! Kalau tidak, aku goda kau sampai kewarasanku mampir…

Oh… hampir lupa!
Mumpung sekarang jam 12, aku akan meninggalkan pesan buat teman-temanku : enak jadi orang gila apalagi dianggap gila, daripada waras tapi ketahuan gila.

Gedebag..gedebug..gedebag..gedebug!!!
Tralala..trilili..tralala..trilili..

(LAMPU PERLAHAN-LAHAN REDUP, DAN MATI)


PEMENTASAN USAI

Padang-M.Bungo, …Juni-Juli 2011

naskah monolog - Markus



MARKUS
(Monolog)



Karya
Zohry Junedi







_____________________________________________

Catatan publisher BandarNaskah.blogspot.com:
Mementaskan naskah ini harap menghubungi penulis untuk sekedar pemberitahuan.
Penulis: Zohry Junedi
Facebook:
http://www.facebook.com/profile.php?id=1704112218
HP: 0
81229091987

MARKUS (Monolog Script)

(Sajana Muda ; Iwan Fals Mode On)
(berpakaian kemeja setengah rapi, saat terlintas kerut diwajahnya tergambar lelaki paruh baya itu sepertinya sedang stress)
Ohhh Tuhan!!! Kemana lagi saya harus melangkah, saya lelah… telah sekian hari saya mondar mandir mencari pekerjaan tapi tak ada perusahaan yang mau menghargai ijazah-saya, jangankan untuk menjadi seorang eksekutif muda jadi seorang kuli bangunan sajah saya ditolak mentah-mentah, alasan mereka sederhana sekali ‘….anak muda tampangmu tidak mengizinkan untuk menjadi seorang kuli kau akan merepotkan dirimu sajah…..’, tapi ketika lamaran kumasukkan ke perusahaan , mereka justru menjawab sebaliknya ‘….anak muda lebih baik  kamu jadi kuli sebab tampangmu tidak lulus akreditasi….’ . . . Sial mereka justru mengolok-olok saya!!!
(terdengar suara dentang denting besi…!!!!)
Lantas saya mau jadi apa?? Apa harus jadi Germo?? Akhhhh rasanya jawabannya akan sama saja dengan mereka ‘…anak muda tampangmu itu masih baby face mana ada perawan yang bakalan naksir kamu….‘  lho terus bwt apa saya sekolah tinggi-tinggi sampai gelar Sarjana Hukum ini menempel di belakang namaku, kalau pun harus jadi germo!! ternyata gelar ini justru merepotkanku sajah lebih baik saya tidak perlu sekolah jauh jauh meninggalkan kampoeng halaman , kalau tau dari dulu saja saya mengerjakan sawah milik pa’e dan bu’e , sekarang sawah dan ladang telah habis dijual untuk membiayai sekolahku, hufhhh nasib nasib….!!!!
Nama saya Marjuki lengkapnya Marjuki Kusdianto’ dengan sedikit penekanan di O’ , membuktikan bahwa saya berdarah jawa,(heee….) disapa akrab Juki atau teman2 didesa memanggil saya kus, Saya berangkat dari keluarga kecil tapi dengan cita2 besar, biaya sekolah dari SD hingga SMU mungkin bisa jadi hampir separohnya dari hasil jerih payah saya sendiri, pagi hingga siang saya sekolah , sorenya sehabis makan dan sholat saya bekerja di Gudang pengepakan sayur sayuran, semuanya saya lakukan karena saya ingin maju, melebihi kedua orang tua saya, saya ingin membahagiakan mereka seperti orang-orang lain, memberikan mereka rumah, membiarkan mereka istirahat dengan nyaman, dan menaikkan mereka haji, amien…. Seusai tamat bangku smu, saya sadar ternyata saya hanyalah keluarga miskin dan tidak pantas melanjutkan sekolah terlalu tinggi, huftt….akhirnya saya berpikir kembali untuk mengurungkan niat saya melanjutkan kuliah sebab jelas tuntutan biaya kuliah sangat mahal, belum lagi 12 orang adik saya masih kecil-kecil, mereka butuh biaya juga….!!! Tapi nasib berkata lain, tanpa sepengetahuan saya orang tua saya nekat menjual hampir separoh sawahnya dan beberapa ekor kerbau, hanya untuk menyekolahkan saya, saat itulah saya benar2 berjanji untuk serius dalam kuliah. (Dengan mata yang telah berawan gelap,tapi penuh mimpi!!!)
Saya dikuliahkan di fakultas hukum ternama di Universitas BBB alias Universitas Bukan Bintang Biasa, saya tumbuh menjadi mahasiswa yang begitu idealis, setiap ada kebijaksanaan yang dirasakan bertentangan dengan suara hati mahasiswa, mungkin saya adalah pelopor yang menentang pihak fakultas ataupun rektorat, ’…saudara-saudara mahasiswa!!!!...’ teriak saya lantang!!! ‘…..Pihak fakultas baru saja mengeluarkan kebijaksanaan sangat merugikan mahasiswa, merugikan kita semua, oleh sebab itu kawan2 semua mari sama2 kita bulatkan tekad satukan hati untuk menentang keputusan dekan sebab keputusan tersebut sama sekali tidak berdasar dan sangat merugikan mahasiswa, Setuju kawan2!!...’ spontan  seluruh demonstran menyambut teriakan ‘…Setuju!!!...’ , ‘…. Kami tidak akan membubarkan diri sebelum tuntutan kami dikabulkan, satu komando satuu aksi!!!…’  seingat saya waktu itu matahari semakin terik, yang terus saja membakar emosi yang semakin kian memuncak karena perwakilan pimpinan belum juga keluar untuk memberi penjelasan, karena sepertinya tidak ada itikad baik dari pihak fakultas akhirnya emosi massa yang sudah pada posisi klimaks mendadak pecah… dipicu lagi salah satu mahasiswa mengaku dipukuli oleh satpam!!! Seperti tanpa aba-aba kami semua mulai brutal, dengan masa yang hampir mencapai 500san orang, kami semua menembus gedung, aparat yang menghadang kami serbu, kami pukul, barang2  administrasi kami hancurkan , semua pora-poranda . . . kondisi ruangan tak terkondisikan lagi, semua ba bi bu . . . beruntung ketika itu perwakilan pimpinan fakultas akhirnya keluar dibarengi beberapa orang dosen yang kelihatannya sudah begitu ketakutan, kelihatan dari wajahnya sepertinya mereka merasa terancam, pelan-pelan dengan nada sedikit gemetar “…saudara-saudara mahasiswa sekalian harap tenang, kami berjanji akan meninjau segala keputusan yang telah kami keluarkan, sekarang kami mohon kepada semuanya untuk membubarkan diri” huahaa… ketawaku dalam hati saat melihat jelas keringat dingin sebesar biji jagung para dosen tersebut. hmm, rasanya tak perlu saya sebutkan berapa banyak demonstrasi dan aksi lainnya yang kami lakukan untuk menentang segala peraturan yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani rakyat terutama mahasiswa.
(terdengar suara dentang denting besi kembali, marjuki mulai berang!!!)
Saya juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa atau sebut saja BEM, atau bukan saja aktif malah kemudian saya terpilih menjadi Presiden Mahasiswa dan setiap ketika saya berdiri didepan mimbar , tidak ada seorangpun yang sempat berbicara semua mata tertuju hanya pada saya, orang2 bilang saya seperti macan mimbar soekarno: mata saya nanar, emosi saya bak lahar panas yang meletusS-letus, tubuh saya tegak layak jenderal bintang lima, suara saya lantang memecah ruangan, semangadh saya berkobar berapi-api ‘…saudara-saudara mahasiswa semuanya, sekarang tidak ada lagi namanya penindasan dari dosen terhadap mahasiswa, tidak ada lagi kecurangan dalam dunia kampus, mari sama2 kita bersihkan birokrasi kita, hapus pungutan-pungutan liar bahkan kalau perlu seret mereka ke meja hijau bila terbukti atau gantung mereka biar dimayatnya kita tuliskan Bajingan Kampus!!! tidak ada lagi biaya SPP setiap tahun naik, pendidikan macam apa ini yang membiarkan berjuta2 anak putus sekolah karena biaya pendidikan mahal, Hidup mahasiswa!!! Hidup mahasiswa…!!!....’ sekejap ruang tenang pecah oleh gegap gempita reramai tepuk tangan undangan. Maka lama kelamaan nama saya mulai dikenal dikalangan pejabat teras universitas, tak banyak pejabat yang ternyata suka dengan muncung besar saya, tapi juga tidak sedikit dosen atau pejabat yang memuji keidealisan seorang mahasiswa seperti saya. akhirnya saya tidak mengecewakan kedua orang tua saya didesa, tidak berlama-lama tepat genap 6 tahun akhirnya saya terpaksa diluluskan dengan IPK ya standartlah,(ehehee…) .
Nama saya begitu dipuja dan disebut sebut di tiap sudut desa ketika saya telah berhasil meraih gelar sarjana, sarjana hukum impian saya dan juga mimpi orang tua saya!!! ‘…..Uyyy, saudara/I anak’e pak midun dah suksesss, uyy si marjuki udah jadi orang kayaa, HIduPp jukii…’ teriak orang2 kampung hamppir disetiap sudut desa.
Akhhhh…. Tapi itu kisah masa lalu tentang kejayaan yang tak akan mungkin kembali, sekarang saya hanyalah seorang pengangguran sial dan hari ini tepat 1 tahun setelah kelulusanku dan tepat 1 tahun saya menjadi pengangguran sial!!! Cita2ku untuk menjadi seorang jaksa atau hakim rasanya cukup kubawa sampai saat itu sajah, tapi saat itu ditengah kebimbangan, sayup sayup muncul seorang yang sepertinya saya kenal, beliau membawa sebuah kabar yang sempat menghentikan denyut jantung saya, ohhh ya ya ternyata dia teman satu angkatan yang dulu sama2 berjuang menegakkan idealisme kampus, dengan Bangga dia menyambut genggaman saya sehangat salam mahasiswa seperti dulu ‘…Selamat sob, akhirnya cita2 kamu tercapai, saudara lulus seleksi calon hakim!!!....’  saya masih dalam keadaan setengah percaya setengah tidak, saya hanya tak mampu berbicara banyak saat itu. Saya jadi hakimmmm, “….saya jadi hakimm…!!” sontak meledak gembira yang meluapP dalam diri saya “...saya jadi hakimmm... pa’ee…bu’eee Juki jadi hakimmm…!!!!” Akhirnya saya harus percaya jika kita punya semangadh yang besar dan tak lelah berjuang, apapun cita2 pasti tercapai.
Belum cukup 5 tahun saya telah menjadi hakim terkenal, dengan keidealisan yang sama seperti waktu saya jadi mahasiswa dulu. Setiap kasus-kasus saya putuskan dengan berdasarkan keadilan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa!!!.
Hingga pada suatu malam yang bagi saya terlalu kelam untuk dijadikan malam, saya ingat betul malam itu tepat pukul 12 lewat 10  menit hape saya berdering, saya ditelpon oleh seorang yang sama sekali tidak saya kenal, dia meminta saya untuk memenangkan persidangan lusa mendatang, jelas waktu itu saya semprot habis-habisan ‘…Setan kamu, kamu pikir saya siapa seenaknya mau suap saya,jangan samakan saya dengan hakim2 lain, dengar siapapun anda saya tidak akan tergoda, saya hanya memutuskan berdasarkan bukti dan hati nurani bukan berdasarkan uang kamu Iblis!!!...’ sebelum saya semprot habis-habisan penelepon yang entah siapa itu sempat mengatakan bahwa uang jaminan perkara sudah mereka kirimkan lewat rekening atas nama saya. sehabis telpon itu kututup saya tidak bisa tidur lagi, entahlah kalimatnya selalu terbayang bayang ”…rekening atas nama anda……rekening atas nama anda.. rekening atas nama anda…!!!” Akhhh persetan pikirku dalam hati, saya terus berusaha melupakan apa yang terjadi barusan, tapi tetap saja malam itu terlanjur membuat jantungku pecah, hingga menjelang pagi saya tetap tidak bisa tidur, seharian pekerjaanku semuanya berantakan, belum lagi kawan2 sekantor yang tak tentu salah apa, semuanya jadi lampiasan emosiku . . . untuk menenangkan alur pikirku, ku coba untuk berjalan2 sejenak keluar kantor sambil menghirup udara segar, tapi pilihanku salah, rasa penasaranku semakin menjadi saat tiba2 tanpa sengaja saya melintasi sebuah bank, seperti terhipnotis saya dibawa menuju kesebuah atm, pelan2 saya memasukkan kode pin tiga, dua, enam, tujuh, lima… saya setengah percaya jumlah angka nol yang muncul di layar atm kok banyak sekali, pelan pelan saya hitung dengan seksama “..nolllllll… nnnnoooool… nnnnnnolllll… nnnnolll… nooollll… nnol… nnnol… noool… nolll…” sekejap sekujur tubuhku gemetaran, pandanganku kelam, nafasku kejar2an dengan denyut jantung . . . masih dalam kondisi setengah sadar kuhitung ulang jumlah nol tepat dibelakang angka 2, satu . . . dua . . . tiga . . . empat . . . lima . . . enam . . . tujuh . . . delapan . . . sembilan . . . ha 2 Milyar??? Langsung kuterduduk tanpa banyak kata . . . 2 Milyarrrr . . . 2 milyarrr milyarrr . . . seperti sudah didepan mata sebuah rumah mewah memanggil manggil nama saya marjuki . . . juki . . . juki . . . terlebih lagi senyum bangga kedua orang tua saya berselempangkan peci dan kerudung haji dari mekkah . . .
(kembali terdengar suara dentang denting besi, menyadarkan juki dari lamunannya)
saya langsung pulang dengan langkah cepat tak tentu, pulang langsung duduk menuju ruang kerja saya dan merubah semua putusan pengadilan untuk memenangkan uang 2 milyar, akhhh persetan dengan keadilan , keadilan tak memberiku kebahagiaan tapi 2 milyar ini mampu mengantarku pada jalan pintas menuju mimpi-mimpi yang telah lama kunanti.
Mungkin bukan sekali dua kali aku menggadaikan keidealisan mahasiswa yang selalu kubangga banggakan seperti dulu, keadilan telah kugadaikan oleh sejumlah uang “. . . marr . . . mar . . . mar . .. kussss . . . kus . .. kus…”  begitu rayuan nakal segelimang harta tersenyum memanggilku, “….marrr . . . kusss . . .” dan akhirnya terkenallah saya dengan sebutan markus yang sebenarnya marjuki kusdianto tapi dipelesetkan menjadi ‘Makelar Kasus’ huahahaaa…..
(terdengar suara pukulan besi, kali ini lebih nyaring dan lebih ganass!!!!)
Ia… ia… ia…. Saya tidur, dasar sipir penjara Goblok!!!!
(kemudian melentangkan tubuhnya seperti hendak tidur, dengan posisi membelakangi penonton: terlihatlah di belakang baju bertuliskan: TAHANAN LP CIPINANG) 

Bengkulu, 23 Desember 2009
Zohri Junedi